Naskah Ditolak, Siapa Takut?
“Kamu memiliki karya tulis yang menurut kamu bagus dan laik
diterbitkan. Kamu mengirimkan naskah itu ke salah satu media massa di kotamu.
Beberapa bulan lamanya kamu menunggu tanpa kepastian. Lalu tiba-tiba kamu
mendapat kabar bahwa naskahmu ditolak redaktur. Kamu bersedih hati, dan patah
semangat untuk kembali menulis. Apa yang kamu lakukan kemudian?
Kalau naskah saya ditolak terus, saya berhenti menulis
sejenak, lalu belajar lagi dari awal. ~Rahmat
SahRie Ramadanie, FAM 325U Bontang
Oalaaah.... itu saya banget! Dan tak jarang bikin frustasi.
Namun, harus disadari, ya mungkin naskahnya masih banyak yang harus dikoreksi.
hehehe... :) ~Eva Nur Aprillail
Saya udah sering ditolak awalnya, tapi terus aja nulis dan
dikirim terus sampai akhirnya dimuat juga. ~ Ridha Wahyuni
Baru 1 kali ditolak, menyebalkan juga… ~ Simon Simangunsong
Belum pernah coba dan akan mencoba. ~ Zul Hasibuan, FAM 1017U, Padang
Alhamdulillah, awal mengirim langsung dimuat, tapi
bulan-bulan ini gak dimuat, rada sedih, tapi tetap semangat buat nulis. ~Farah Oktathachaluuby, Kebumen
Gagal, bukan akhir dari segalanya. Naskah-naskah
"gagal", tadi tetap saya simpan. Hm, justru dari seringnya ditolak,
saya banyak belajar bagaimana cara agar tidak ditolak, terutama... ~Ken Hanggara, Surabaya
Mau ngirim eh dapet koreksian pedas dari guru. Dengan terpaksa
naskah itu saya simpan lagi. Belum berani. ~Tinta Biru, Cilegon
Saya hanya ikut serta dalam lomba-lomba. Tapi selalu saja
tidak menang. Saya koreksi lagi naskahnya, lalu kirim ke penerbit indie. ~Yeonyi Jaejoong
Saya ngirim sering tapi, gak tahu dipublikasi atau enggak. Intinya
tetap menulis. ~Maulidin Akbar, FAM1028M,
Sigli, Aceh
Saya menganut paham: tulis, save, kirim, dan lupakan. Kalau dimuat
alhamdulillah, kalau tidak segera cari file di laptop, edit sedikit, kirimkan
ke media lain. Ditolak bukan selamanya karena naskah kita jelek kok. Bisa saja
naskahnya kurang ssuai dengan visi misi penerbit. ~Mita, Yogya
Pernah kirim satu kali dan langsung dimuat. Sebuah puisi
yang iseng ditulis dan iseng juga dikirim tak sangka, kalau dimuat di kolom utama.
Tapi sayang... karena iseng, sampai tidak punya arsipnya, hehe. ~ Achie Prasasti Zhieem Achie, FAM1050U,
Hongkong
Yang saya dengar naskah yang ditolak, semata-mata bukan
karena naskahnya tidak bagus. Salah satunya mungkin tidak sesuai dengan
kriteria penerbit, Ejaan yang kurang dipahami. ~ Ayunda Prameiswari, FAM Arab Saudi
Dulu targetku memang media cetak. Dan alhamdulillah, sering
dimuat dan bahkan malah ditawari jadi kontributor di sebuah majalah remaja
muslim yang cetak nasional (sekarang majalahnya sudah alm alias gak terbit
lagi). Menjadi kontributor itu gara-gara sebuah cerpenku yang juga dimuat di
majalah tsb. Sempat vakum beberapa tahun. Ketika coba lagi menulis untuk media
cetak, hiks, sampai sekarang gak ada kabar beritanya. Kalau ditolak sih masih
mending, nah, kalau digantung tak tahu nasibnya gimana tuh? ~Alin, Karawang
Aku sering ditolak, dan semua karya yang ditolak aku
kumpulkan dan aku antologikan, aku terbitkan indie, aku bedah bersama. Dan
faktanya ketika kita berani berkarya, masyarakat respect kok. Karya itu untuk
pembaca bukan untuk editor, dan editor bukan dewa yang bisa mewakili selera
pembaca. ~Doi Nuri
Udah sering juga.. tapi alhamdulillah… ada yang diabaikan, ada
yang diterima tapi tetap diabaikan… dan akhirnya malah yang ngadain perlombaan
itu sendiri yang hilang dan gak ada kabarnya. ~Puji Kazunari Nino
Allah menciptakan seseorang begitu indah, dan cara berpikir
mereka begitu unik. Sebuah naskah yang kita kirim mendapatkan respon penolakan
itu adalah sesuatu hal yang biasa terjadi. Namun tak seharusnya kita berhenti
menulis sampai pada penolakan tersebut. Bukankah telah dikatakan bahwa setiap
orang memiliki pemikiran yang berbeda, hal ini tak kecuali pada para redaksi. Penolakan
di beberapa media belum tentu media yang lain juga akan menolak. Ini hanya
sebuah keberutungan buat kita shabat. Jika hari ini keberuntungan berpihak pada
kita, insya Allah kita akan dipertemukan kepada para redaksi yang menginginkan
naskah kita. Ambillah sebuah pelajaran dari segala apa yang terjadi walaupun
itu sebuah kesedihan, namun kesediahan itulah yang akan melahirkan kebahagian.
Terus berusaha! ~Nurida Sari, FAM Bukittinggi
Sahabat FAM, banyak orang yang tidak pernah ditolak
naskahnya. Mau tahu? Kenapa? Karena memang tidak pernah mengirimkan ke media.
Artinya, naskah itu hanya dibaca sendiri saja. Jika niat kita menulis untuk
menyebar kebaikan maka penerimaan dan penolakan itu adalah hal yang biasa. Tak
ada kata lelah dalam menyebar kebaikan. Kecewa itu manusiawi, tapi putus asa
bukan solusi untuk para penyebar kebaikan. Yuk menulis lagi dengan cinta dan
semangat! ~ Aliya Nurlela, Sekjen
FAM Indonesia
Kalau saya gak pernah (belum) kirim naskah. Entah karena
tidak percaya diri atau karena saya memang lebih suka menulisnya tanpa
dipublikasikan secara massal, hehehe. Tapi akhir-akhir ini saya sering bikin
tulisan di dinding facebook. Kan
lumayan, gak bakal ditolak sama siapa-siapa. ~Tha Yr
Kalau menurutku kirim lagi ke media massa yang lain. Sebelum
dikirim lagi, sebaiknya di cek kembali karya yang hendak dikirim. Mana tau
media massa lain menerima. ~Ahmad
Saadillah, FAM Pekanbaru, IDFAM 974M
Nah, sahabat FAM. Silakan diambil hikmah dari berbagai
pengalaman teman-teman yang naskahnya pernah ditolak redaksi. Intinya, jangan
pernah berhenti menulis walau ditolak berkali-kali. JK Rowling, penulis novel
Harry Potter, naskah bukunya pernah ditolak 14 kali oleh penerbit. Andai dia
berhenti mengirim naskah, mengeluh karena sering ditolak, maka mungkin saja dia
tidak pernah mencatat sejarah sebagai perempuan penulis terkaya di dunia hari
ini.
Ayo, sahabat FAM. Tetap semangat berkarya. Terus dan terus.
Sebab berhenti, berarti “mati!”
Salam santun, salam karya!
FAM INDONESIA
www.famindonesia.blogspot.com
Ket: Gambar hanya
sekadar ilustrasi yang diambil dari Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar