Glitter Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 12 Oktober 2012

Kata yang Sering Salah Dieja

Kata yang Sering Salah Dieja

Sahabat FAM, berikut ini adalah kata yang sering salah digunakan dalam penulisan. Sebagaimana seorang dai (pendakwah), pedoman utama dakwahnya adalah Alquran dan Hadis. Bagi seorang penulis, pedoman utama menulis adalah KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kata pertama adalah kata baku dan dianjurkan digunakan:
aktif, bukan aktip
aktivitas, bukan aktifitas
Alquran, bukan al-Qur'an, Al-Qur'an, al Qur'an, Al Qur'an (maupun tanpa ['])
analisis, bukan analisa
Anda, bukan anda (memakai A kapital)
apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
asas, bukan azas
atlet, bukan atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
bus, bukan bis

Gabungan Kata yang Harus Ditulis Serangkai

Gabungan Kata yang Harus Ditulis Serangkai

Sahabat FAM. Berikut ini “gabungan kata” yang harus ditulis serangkai, dan seringkali ditulis salah oleh penulis-penulis pemula. Silakan dipedomani:
acapkali
adakalanya
akhirulkalam
alhamdulillah
astagfirullah
bagaimana
barangkali
bilamana
bismillah
beasiswa
belasungkawa
bumiputra

Pedoman Penggunaan Tanda Titik Dalam Tulisan

Pedoman Penggunaan Tanda Titik Dalam Tulisan

Sahabat FAM. Menulis itu gampang tetapi sering ditemukan banyak kesalahan di sana sini bila tidak berhati-hati. Tanda titik ( . ) sebagai salah satu tanda baca, misalnya. Kapan tanda titik itu digunakan? Panduan berikut semoga bisa menjadi pedoman, khususnya bagi para penulis pemula.
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Irwan S. Gatot
George W. Bush

Panduan Penggunaan Tanda Koma (,) Dalam Tulisan

Panduan Penggunaan Tanda Koma (,) Dalam Tulisan

Sahabat FAM, tanda baca lainnya yang sering salah digunakan oleh penulis-penulis pemula adalah tanda koma (,). Berikut sedikit panduan tentang penggunaan tanda koma dalam tulisan sehingga tulisan Anda benar-benar rapi dan sesuai kaedah menulis yang baik dan benar.
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah:
Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.

Penggunaan Tanda Titik Koma, Titik Dua, Tanda Hubung dan Tanda Pisah

Penggunaan Tanda Titik Koma, Titik Dua, Tanda Hubung dan Tanda Pisah

Sahabat FAM, berikut ini sedikit panduan penggunaan tanda titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-) dan tanda pisah (–, —) yang tentunya telah dipelajari bersama sejak duduk di bangku SMP dan SMA. Remeh memang, tetapi bila menganggapnya sepele maka akan berakibat fatal bila salah penggunaannya dalam tulisan. Mari kita cermati bersama di mana saja penempatan tanda baca itu.
A. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

Tanda Elipsis, Tanda Tanya, Tanda Seru, Tanda Kurung, dan Tanda Kurung Siku

Tanda Elipsis, Tanda Tanya, Tanda Seru, Tanda Kurung, dan Tanda Kurung Siku

A. TANDA ELIPSIS (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati....

Panduan Penggunaan Tanda Petik, Tanda Petik Tunggal, Tanda Garis Miring, dan Tanda Penyingkat

Panduan Penggunaan Tanda Petik, Tanda Petik Tunggal, Tanda Garis Miring, dan Tanda Penyingkat

Sahabat FAM, selamat pagi, semoga hari ini membuat kita lebih semangat dari hari-hari kemarin. Panduan penggunaan tanda baca di bawah ini sangat bermanfaat khususnya bagi penulis-penulis pemula yang sering menggunakannya di dalam tulisan. Mari kita pedomani bersama.
A. TANDA PETIK ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Penggunaan Awalan “di”, Kesalahan yang Sering Terlupakan

Penggunaan Awalan “di”, Kesalahan yang Sering Terlupakan

Sejak kelas 4 SD saya sudah diajarkan mengenai penggunaan imbuhan awalan di- dan kata depan “di”. Imbuhan awalan di- berfungsi jika dilanjutkan dengan kata kerja; seperti makan, buang, dan lihat; menjadi dimakan, dibuang, dan dilihat.
Banyak dari kita sering salah menulis kata dengan penggunaan awalan di-. Di mana letak kesalahannya? Kesalahannya terletak ketika (sadar atau tidak kita menulis) awalan di- dipisah dari kata kerjanya; seperti di makan, di buang, dan di lihat.
Tentu saja pemisahan awalan di- dari kata kerjanya adalah salah karena “di” yang bisa dipisahkan dari kata berikutnya adalah kata depan “di”. Contohnya: di sana, di rumah, di kandang.
Lain lagi ceritanya jika diakhiri dengan akhiran, misalnya: dirumahkan, dikandangkan. Jika kata tempat diapit oleh imbuhan awalan dan akhiran serta kata itu akhirnya membentuk kata yang menunjukkan tindakan, maka “dirumahkan” adalah betul dan “di rumahkan” adalah salah.

Mengenal Anatomi Buku: Kover dan Perwajahan Buku

Mengenal Anatomi Buku: Kover dan Perwajahan Buku

Sebelum menerbitkan sebuah buku, sebaiknya kita mengetahui anatomi buku, bagian-bagian yang menjadi kelengkapan buku. Pengetahuan ini perlu, karena setiap naskah buku yang akan diterbitkan harus diperlakukan secara berbeda, sesuai dengan isi dan kegunaannya.
Buku tertentu kadang membutuhkan indeks, daftar tabel, atau daftar gambar, sementara yang lain tidak. Untuk mengenal lebih jauh tentang anatomi buku, kami mencoba menguraikannya berdasarkan buku karya Iyan Wibowo yang berjudul Anatomi Buku (2007). Kali pertama, kita akan mengenal Kover Buku (Sampul Buku) dan Perwajahan Buku, sebagai berikut.
Kover Buku (Sampul Buku)
Kover depan: Kover sangat mempengaruhi daya tarik sebuah buku, sebab persepsi awal terhadap buku ada di sini. Setiap datang ke toko atau sebuah pameran buku, yang terlihat pertama kali oleh pandangan kita adalah pajangan buku berbentuk kover buku yang menarik. Kover depan biasanya berisi judul, nama penulis, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan nama penerbit.
Kover belakang: Biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, ISBN (International Standard Book Number) berserta barcode-nya, dan alamat penerbit sekaligus logonya.
Punggung buku: Buku yang memiliki ketebalan tertentu biasanya memiliki punggung buku (khusus untuk buku tebal). Punggung buku berisi nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit.
Endorsement: Semacam dukungan atau pujian terhadap buku dari pembaca atau ahli atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku yang ditulis di kover buku atau kover belakang.
Lidah kover (jarang ada, buku tertentu saja): Biasanya berisi foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku yang dihadirkan untuk kepentingan estetika dan keeksklusifan buku.
Perwajahan Buku
Ukuran buku: Masalah ukuran buku sangat berhubungan dengan materi (isi). Sebuah novel biasanya memiliki ukuran yang berbeda dengan buku pelajaran. Buku pelajaran biasanya lebih panjang dan lebih lebar.
Bidang cetak: Dalam setiap halaman isi buku, kita melihat bagian yang kosong di setiap pinggir-pinggirnya, atau biasa disebut margin. Selain untuk keindahan, bagian tersebut berfungsi mengamankan materi dari kesalahan cetak (misalnya terpotong). Sedangkan bagian yang berisi tulisan (materi) biasa dinamakan bidang cetak.
Pemilihan huruf: Jenis huruf (font), ukuran huruf (size), dan jarak antar­baris (lead) sangat penting dalam pembuatan buku. Ketiga hal tersebut selain untuk kepentingan estetika, akan menentukan enak tidaknya buku dibaca.
Teknik penomoran halaman: Masalah halaman berkaitan dengan kemudahan pembaca dalam menandai materi (isi).
Pemilihan warna: Beberapa buku terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar-gambar tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau sekadar keindahan.
Keindahan dan kesesuaian ilustrasi: Beberapa buku, terutama yang dipruntukkan anak-anak banyak membutuhkan ilustrasi yang berfungsi menggambarkan materi, sehingga membantu imajinasi pembaca memahami pesan di dalam buku.
Kualitas kertas dan penjilidan: Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama. Untuk buku anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna, biasanya membutuhkan kertas yang lebih tebal. Hal ini mempengaruhi penjilidan di akhir proses penerbitan buku.
[sumber: http://www.titahsurga.com/2012/08/mengenal-anatomi-buku-kover-dan.html]