Glitter Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 12 Oktober 2012

Kata yang Sering Salah Dieja

Kata yang Sering Salah Dieja

Sahabat FAM, berikut ini adalah kata yang sering salah digunakan dalam penulisan. Sebagaimana seorang dai (pendakwah), pedoman utama dakwahnya adalah Alquran dan Hadis. Bagi seorang penulis, pedoman utama menulis adalah KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kata pertama adalah kata baku dan dianjurkan digunakan:
aktif, bukan aktip
aktivitas, bukan aktifitas
Alquran, bukan al-Qur'an, Al-Qur'an, al Qur'an, Al Qur'an (maupun tanpa ['])
analisis, bukan analisa
Anda, bukan anda (memakai A kapital)
apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)
asas, bukan azas
atlet, bukan atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)
bus, bukan bis

Gabungan Kata yang Harus Ditulis Serangkai

Gabungan Kata yang Harus Ditulis Serangkai

Sahabat FAM. Berikut ini “gabungan kata” yang harus ditulis serangkai, dan seringkali ditulis salah oleh penulis-penulis pemula. Silakan dipedomani:
acapkali
adakalanya
akhirulkalam
alhamdulillah
astagfirullah
bagaimana
barangkali
bilamana
bismillah
beasiswa
belasungkawa
bumiputra

Pedoman Penggunaan Tanda Titik Dalam Tulisan

Pedoman Penggunaan Tanda Titik Dalam Tulisan

Sahabat FAM. Menulis itu gampang tetapi sering ditemukan banyak kesalahan di sana sini bila tidak berhati-hati. Tanda titik ( . ) sebagai salah satu tanda baca, misalnya. Kapan tanda titik itu digunakan? Panduan berikut semoga bisa menjadi pedoman, khususnya bagi para penulis pemula.
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Irwan S. Gatot
George W. Bush

Panduan Penggunaan Tanda Koma (,) Dalam Tulisan

Panduan Penggunaan Tanda Koma (,) Dalam Tulisan

Sahabat FAM, tanda baca lainnya yang sering salah digunakan oleh penulis-penulis pemula adalah tanda koma (,). Berikut sedikit panduan tentang penggunaan tanda koma dalam tulisan sehingga tulisan Anda benar-benar rapi dan sesuai kaedah menulis yang baik dan benar.
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah:
Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.

Penggunaan Tanda Titik Koma, Titik Dua, Tanda Hubung dan Tanda Pisah

Penggunaan Tanda Titik Koma, Titik Dua, Tanda Hubung dan Tanda Pisah

Sahabat FAM, berikut ini sedikit panduan penggunaan tanda titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-) dan tanda pisah (–, —) yang tentunya telah dipelajari bersama sejak duduk di bangku SMP dan SMA. Remeh memang, tetapi bila menganggapnya sepele maka akan berakibat fatal bila salah penggunaannya dalam tulisan. Mari kita cermati bersama di mana saja penempatan tanda baca itu.
A. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

Tanda Elipsis, Tanda Tanya, Tanda Seru, Tanda Kurung, dan Tanda Kurung Siku

Tanda Elipsis, Tanda Tanya, Tanda Seru, Tanda Kurung, dan Tanda Kurung Siku

A. TANDA ELIPSIS (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati....

Panduan Penggunaan Tanda Petik, Tanda Petik Tunggal, Tanda Garis Miring, dan Tanda Penyingkat

Panduan Penggunaan Tanda Petik, Tanda Petik Tunggal, Tanda Garis Miring, dan Tanda Penyingkat

Sahabat FAM, selamat pagi, semoga hari ini membuat kita lebih semangat dari hari-hari kemarin. Panduan penggunaan tanda baca di bawah ini sangat bermanfaat khususnya bagi penulis-penulis pemula yang sering menggunakannya di dalam tulisan. Mari kita pedomani bersama.
A. TANDA PETIK ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Penggunaan Awalan “di”, Kesalahan yang Sering Terlupakan

Penggunaan Awalan “di”, Kesalahan yang Sering Terlupakan

Sejak kelas 4 SD saya sudah diajarkan mengenai penggunaan imbuhan awalan di- dan kata depan “di”. Imbuhan awalan di- berfungsi jika dilanjutkan dengan kata kerja; seperti makan, buang, dan lihat; menjadi dimakan, dibuang, dan dilihat.
Banyak dari kita sering salah menulis kata dengan penggunaan awalan di-. Di mana letak kesalahannya? Kesalahannya terletak ketika (sadar atau tidak kita menulis) awalan di- dipisah dari kata kerjanya; seperti di makan, di buang, dan di lihat.
Tentu saja pemisahan awalan di- dari kata kerjanya adalah salah karena “di” yang bisa dipisahkan dari kata berikutnya adalah kata depan “di”. Contohnya: di sana, di rumah, di kandang.
Lain lagi ceritanya jika diakhiri dengan akhiran, misalnya: dirumahkan, dikandangkan. Jika kata tempat diapit oleh imbuhan awalan dan akhiran serta kata itu akhirnya membentuk kata yang menunjukkan tindakan, maka “dirumahkan” adalah betul dan “di rumahkan” adalah salah.

Mengenal Anatomi Buku: Kover dan Perwajahan Buku

Mengenal Anatomi Buku: Kover dan Perwajahan Buku

Sebelum menerbitkan sebuah buku, sebaiknya kita mengetahui anatomi buku, bagian-bagian yang menjadi kelengkapan buku. Pengetahuan ini perlu, karena setiap naskah buku yang akan diterbitkan harus diperlakukan secara berbeda, sesuai dengan isi dan kegunaannya.
Buku tertentu kadang membutuhkan indeks, daftar tabel, atau daftar gambar, sementara yang lain tidak. Untuk mengenal lebih jauh tentang anatomi buku, kami mencoba menguraikannya berdasarkan buku karya Iyan Wibowo yang berjudul Anatomi Buku (2007). Kali pertama, kita akan mengenal Kover Buku (Sampul Buku) dan Perwajahan Buku, sebagai berikut.
Kover Buku (Sampul Buku)
Kover depan: Kover sangat mempengaruhi daya tarik sebuah buku, sebab persepsi awal terhadap buku ada di sini. Setiap datang ke toko atau sebuah pameran buku, yang terlihat pertama kali oleh pandangan kita adalah pajangan buku berbentuk kover buku yang menarik. Kover depan biasanya berisi judul, nama penulis, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan nama penerbit.
Kover belakang: Biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, ISBN (International Standard Book Number) berserta barcode-nya, dan alamat penerbit sekaligus logonya.
Punggung buku: Buku yang memiliki ketebalan tertentu biasanya memiliki punggung buku (khusus untuk buku tebal). Punggung buku berisi nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit.
Endorsement: Semacam dukungan atau pujian terhadap buku dari pembaca atau ahli atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku yang ditulis di kover buku atau kover belakang.
Lidah kover (jarang ada, buku tertentu saja): Biasanya berisi foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku yang dihadirkan untuk kepentingan estetika dan keeksklusifan buku.
Perwajahan Buku
Ukuran buku: Masalah ukuran buku sangat berhubungan dengan materi (isi). Sebuah novel biasanya memiliki ukuran yang berbeda dengan buku pelajaran. Buku pelajaran biasanya lebih panjang dan lebih lebar.
Bidang cetak: Dalam setiap halaman isi buku, kita melihat bagian yang kosong di setiap pinggir-pinggirnya, atau biasa disebut margin. Selain untuk keindahan, bagian tersebut berfungsi mengamankan materi dari kesalahan cetak (misalnya terpotong). Sedangkan bagian yang berisi tulisan (materi) biasa dinamakan bidang cetak.
Pemilihan huruf: Jenis huruf (font), ukuran huruf (size), dan jarak antar­baris (lead) sangat penting dalam pembuatan buku. Ketiga hal tersebut selain untuk kepentingan estetika, akan menentukan enak tidaknya buku dibaca.
Teknik penomoran halaman: Masalah halaman berkaitan dengan kemudahan pembaca dalam menandai materi (isi).
Pemilihan warna: Beberapa buku terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar-gambar tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau sekadar keindahan.
Keindahan dan kesesuaian ilustrasi: Beberapa buku, terutama yang dipruntukkan anak-anak banyak membutuhkan ilustrasi yang berfungsi menggambarkan materi, sehingga membantu imajinasi pembaca memahami pesan di dalam buku.
Kualitas kertas dan penjilidan: Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama. Untuk buku anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna, biasanya membutuhkan kertas yang lebih tebal. Hal ini mempengaruhi penjilidan di akhir proses penerbitan buku.
[sumber: http://www.titahsurga.com/2012/08/mengenal-anatomi-buku-kover-dan.html]

Senin, 24 September 2012

MENUNDA KESENANGAN KECIL DEMI KESUKSESAN BESAR


MENUNDA KESENANGAN KECIL DEMI KESUKSESAN BESAR

Menunda Kesenangan Kecil Demi Kesuksesan Besar
Seberapa banyak yang ingin kita raih di dalam hidup ini ?
Apakah kita telah puas dengan kondisi saat ini, ataukah masih ada keinginan untuk terus menggapai hal-hal baru, yang selama ini belum kita dapatkan ?
Dalam proses kita untuk mencapai tujuan itu, ada rintangan yang seringkali menghambat langkah kita sesaat. Saat kita bisa menyelesaikan rintangan itu, akan membuat langkah kita ke depan menjadi semakin kuat dan mantap. Tapi kadang-kadang, seringkali tanpa sadar, saat kita bisa menyelesaikan suatu masalah, kita merasa sudah puas dengan kondisi itu, dan langkah kita terhenti disana.

MASALAH ADALAH HADIAH


MASALAH ADALAH HADIAH

Masalah adalah hadiah
Optimisme adalah memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tidak ada sesuatu yang terjadi begitu saja dan mengalir sia-sia. Pasti ada tujuan. Pasti ada maksud. Mungkin anda pernah mengalami pengalaman buruk yang tak menyenangkan, maka keburukan itu hanya karena anda melihat dari salah satu sudut mata yg berkaitan uang saja.
Bila anda berani menengok ke sisi yang lain, anda akan menemukan pemandangan yang jauh berbeda. Anda tidak harus menjadi orang tersenyum terus atau menampakkan wajah yang ceria.
Optimisme terletak di dalam hati, bukan hanya terpampang di muka. Jadilah optimis, karena hidup ini terlalu rumit untuk dipandang dengan mengerutkan alis dan muka.

LINGKUNGAN KITA ADALAH PIKIRAN KITA


LINGKUNGAN KITA ADALAH PIKIRAN KITA

lingkungan kita adalah pikiran kita
Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih.Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya.
“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu.
“Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini”.
Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”, tersenyum penuh simpati.
“Mari kita pelajari keadaan anda,” katanya Norman dengan lembut.
Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

MEMBANGUN MOTIVASI DALAM DIRI


MEMBANGUN MOTIVASI DALAM DIRI


Membangun Motivasi Dalam DiriCita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika anda memiliki motivasi yang kuat dalam diri anda. Tanpa motivasi apapun, sulit sekali anda menggapai apa yang anda cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di dalam diri sendiri. Bahkan mungkin anda tidak tahu pasti bagaimana cara membangun motivasi di dalam diri sendiri. Padahal sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi tersebut.
Caranya? coba simak tips berikut ini:
1. Ciptakan sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah anda saat pagi menjelang. Misalnya, anda berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1 milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memacu semangat anda untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah anda lakukan kemarin.
2. Kembangkan terus tujuan anda
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu sederhana membuat anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal untuk meraih sesuatu anda memerlukan tantangan yang lebih besar, untuk mengerahkan kekuatan anda yang sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan tersendiri dalam hidup anda.

Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah



Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah

Nabi saw bersabda: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu benar-benar sihir. (HR Bukhari).

Menulis merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang dilakukan dari sisi lahiriyah yang hanya melibatkan anggota badan, mata, dan tangan, akan tetapi sangat susah untuk menghimpun dan menyampaikan sebuah ide secara lugas dan tuntas dengan didukung oleh opini yang rasional dan bukti-bukti yang faktual.

“Tak ada resep yang lebih baik menjadi penulis, kecuali dengan menulis sekarang juga.”
“Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannya.”
“Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu menemukan energi setiap kali gagal.”
“Seringkali yang membuat pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang memecah kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturkan kebenaran.”

12 Kunci Sukses Belajar Menulis di FAM Indonesia


12 Kunci Sukses Belajar Menulis di FAM Indonesia

[Untuk Dipedomani Penulis Pemula Anggota FAM Indonesia]

1. Kirim karya tulismu, bisa berupa puisi, cerpen atau cuplikan novel untuk diulas Tim FAM Indonesia. Dari ulasan itu, kamu dapat mengetahui lebih-kurangnya karya yang kamu tulis.

2. Jadilah seorang penulis yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Buatlah pertanyaan terkait bidang tulisan yang kamu tekuni, lalu berkonsultasilah kepada Tim FAM Indonesia. 

Profil Sastrawan Indonesia: Taufiq Ismail


Profil Sastrawan Indonesia: Taufiq Ismail

"Dokter Hewan yang Mencintai Sastra dan Berkeliling Dunia Baca Puisi”

Taufiq Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935; umur 77 tahun), ialah seorang penyair dan sastrawan Indonesia.

Lahir dari pasangan A. Gaffar Ismail (1911-1998) asal Banuhampu, Agam dan Sitti Nur Muhammad Nur (1914-1982) asal Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang ulama dan pendiri PERMI. Ia menghabiskan masa SD di Solo, Semarang, dan Yogyakarta, SMP di Bukittinggi, dan SMA di Pekalongan. Taufiq tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.

Semasa kuliah aktif sebagai Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII), Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962).

Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Majalash Sastra Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1.700 siswa ke 15 negara dan menerima 1.600 siswa asing di sini. Taufiq Ismail terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-1976.

Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin merisaukannya, misalnya dia puas diri lantas proses penulisannya macet. Ia menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang IndonesiaTirani dan BentengTiraniBentengBuku Tamu Musim PerjuanganSajak Ladang JagungKenalkan, Saya HewanPuisi-puisi LangitPrahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika WarnaSeulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.

Banyak puisinya dinyanyikan Himpunan Musik Bimbo, pimpinan Samsudin Hardjakusumah, atau sebaliknya ia menulis lirik buat mereka dalam kerja sama. Ia pun menulis lirik buat Chrisye, Yan Antono (dinyanyikan Ahmad Albar) dan Ucok Harahap. Menurutnya kerja sama semacam ini penting agar jangkauan publik puisi lebih luas.

Taufiq Ismail sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia telah baca puisi di berbagai festival dan acara sastra di 24 kota Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Baginya, puisi baru ‘memperoleh tubuh yang lengkap’ jika setelah ditulis, dibaca di depan orang. Pada April 1993 ia membaca puisi tentang Syekh Yusuf dan Tuan Guru, para pejuang yang dibuang VOC ke Afrika Selatan tiga abad sebelumnya, di 3 tempat di Cape Town (1993), saat apartheid baru dibongkar. Pada Agustus 1994 membaca puisi tentang Laksamana Cheng Ho di masjid kampung kelahiran penjelajah samudra legendaris itu di Yunan, RRC, yang dibacakan juga terjemahan Mandarinnya oleh Chan Maw Yoh.

Bosan dengan kecenderungan puisi Indonesia yang terlalu serius, di awal 1970-an menggarap humor dalam puisinya. Sentuhan humor terasa terutama dalam puisi berkabar atau narasinya. Mungkin dalam hal ini tiada teman baginya di Indonesia. Antologi puisinya berjudul Rendez-Vous diterbitkan di Rusia dalam terjemahan Victor Pogadaev dan dengan ilustrasi oleh Aris Aziz dari Malaysia (Rendez-Vous. Puisi Pilihan Taufiq Ismail. Moskow: Humanitary, 2004.)

Taufiq Ismail mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). Dua kali ia menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1971-1972 dan 1991-1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur (1993).

[sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Taufiq_Ismail]

Minggu, 23 September 2012

Menulis Tanpa Beban Psikologis

Menulis Tanpa Beban Psikologis

Oleh Nuryaman Emil Hamzah*)

Tampil tanpa beban, mungkin itulah yang terbersit dalam benak Aina Inayatushofa anggota FAM 1016S dari Pandeglang. Selain itu dari pengamatan saya anak yang sekarang sekolah kelas 6 di SDIT Irsyadul Ibad ini, sejak dulu punya obsesi ingin punya buku sendiri. Dia termotivasi oleh buku-buku KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya).
Tergabung di FAM beberapa waktu yang lalu membuatnya semakin bersemangat menulis, novel berjudul “Bad Feeling” terus dia kerjakan walau hanya punya waktu sebentar saja, maklum dia pulang pukul 17.00 WIB dan diberi waktu “Online” selama satu jam. Dia berpacu bersama kakak kandungnya Arini yang menggarap tulisan berjudul “Bad Ending” sebuah perlombaan yang bagus.

Naskah Ditolak, Siapa Takut?

Naskah Ditolak, Siapa Takut?

Sahabat FAM, beberapa hari lalu FAM Indonesia mengajukan sebuah pertanyaan kepada sahabat FAM. Isi pertanyaannya begini:

“Kamu memiliki karya tulis yang menurut kamu bagus dan laik diterbitkan. Kamu mengirimkan naskah itu ke salah satu media massa di kotamu. Beberapa bulan lamanya kamu menunggu tanpa kepastian. Lalu tiba-tiba kamu mendapat kabar bahwa naskahmu ditolak redaktur. Kamu bersedih hati, dan patah semangat untuk kembali menulis. Apa yang kamu lakukan kemudian?
Nah, apa jawaban sahabat FAM Indonesia? Ini dia:

Ingin Terkenal dan Kaya? Menulislah!

Ingin Terkenal dan Kaya? Menulislah!

Oleh: Dianing Widya Yudhistira
Mengapa Menulis?
Pernahkah Anda memiliki keinginan untuk dikenal orang banyak, memiliki rumah sendiri, memiliki mobil bagus, juga jalan-jalan ke berbagai kota bahkan negara? Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan bekerja keras. Salah satunya dengan menulis. Mengapa? Menulis juga salah satu kegiatan yang menghasilkan uang, dan bisa dijadikan profesi. Artinya menulis bukan lagi sekedar hobi.
Banyak penulis yang kemudian menjadi terkenal dan kemudian kaya raya. Kalau di Indonesia, kita mengenal Habiburrahman El Sirazy, Andrea Hirata, Ayu Utami, dan lain-lain. Di luar negeri, misalnya ada Dan Brown dan JK Rowlling. Sebelum menulis, nama-nama itu bukan siapa-siapa. Mereka bukan orang terkenal.
JK Rowling, misalnya, sebelumnya hidup sangat sederhana. Untuk menghemat listrik di rumahnya, ia memilih menulis di kafe. Tapi, tahukah Anda berapa kekayaan JK Rowling kini?  Sungguh fantastis: US $ 1 miliar! Ia menjadi salah satu orang terkaya di Inggris, bahkan di dunia. Asyik kan? Anda mau? Pasti mau dong. Saya juga mau. Kalau mau, mengapa tidak langsung memulai menulis?

Merangkai Hikmah, Menuliskan Pengalaman

Merangkai Hikmah, Menuliskan Pengalaman

Oleh Syamsuwal Qomar*)

Jika ada istilah, “pengalaman ialah guru”, kenapa tidak menuliskannya?
Sebagai pembelajar dalam dunia menulis, sudah semestinya saya memiliki rukun yang harus ditunaikan. Satu di antara rukun itu ialah, mengunjungi toko buku. Tempat yang bagus bagi saya untuk “bertapa”. Memancing lahirnya ide-ide menulis sesuatu.

Nah, akhir pekan kemarin, saya mengunjungi Gramedia Duta Mall di Banjarmasin, dan menemui sebuah buku dengan kover unik yang menyita perhatian saya. Buku yang akhirnya saya beli. Buku Kicau Kacau yang ditulis Indra Herlambang, presenter Insert di Trans TV.
Ini ialah buku yang membingkai pengalaman pribadi Indra. Berkisah tentang pengalamannya dalam bekerja, bergaul, sampai kisah kehidupan bersama keluarganya. Ada hal-hal yang menurut saya menarik. Tentu saja, saya membelinya bukan karena saya penggemarnya, apalagi acara gosip. (Atau diam-diam sebenarnya begitu… ha-ha-ha). Yang menarik saya pastinya, ialah isinya.
Membacanya memberikan tanda tanya bagi saya. Andai diberikan pengalaman hidup yang serupa, mampukah saya melakukan hal sejenis? Menguntai rentetan-rentetan peristiwa, memaknainya, hingga menuangkannya dalam bentuk tulisan yang mengubek-ubek emosi. Membuat pembaca tertawa, terenyuh, sampai merasa geram akibatnya.
Ya, itulah yang sempat saya rasakan. Sungguh buku yang menarik, ditulis dengan bahasa populer. Malah cenderung seenaknya. Namun, dalam tulisannya yang renyah. Dalam cerita tentang pengalamannya yang paling sederhana. Secara unik, mengajak saya menyelami diri. Menyadari akan banyaknya kesalahan dan keterbatasan saya sebagai manusia. Hingga memotivasi saya untuk menjadi makhluk yang lebih baik.
Buku Kicau Kacau, ialah satu buku yang saya kira berhasil membawa misinya. Menyampaikan hikmah dari pengalaman yang dijalani penulis. Dalam pustaka pribadi, saya mempunyai buku-buku lain yang memiliki “sense” sama. Buku-buku itu “terserak” dari berbagai tema. Ada yang intinya mengusung motivasi. Ada pula yang dalam tataran pengembangan diri, perubahan, pendidikan, menulis, sampai bersifat jenaka.
Buku Recode “Change Your DNA” Rhenald Kasali, menyisipkan pengalaman-pengalaman sang dosen. Menjadi contoh dalam manajemen perubahan. Buku “Room To Read” John Wood, mengisahkan bagaimana penulis meninggalkan Microsoft dan membangun 7.000 perpustakaan di dunia. Sangat inspiratif! Dan, siapa yang tidak tahu dengan buku “Ganti Hati” Dahlan Iskan? Buku yang berkisah tentang pengalamannya menjalani perawatan transplantasi hati. Buku yang menurut saya, “renyah” dan kaya akan rasa.
Saya kira, kehadiran buku-buku itu sudah cukup menjadi bukti. Kalau pengalaman hidup jika dimaknai secara khusus, bisa menghadirkan hikmah tersendiri. Dan jika hikmah-hikmah itu bisa dirangkai dan dituliskan. Whew, Itu bisa menjadi pengetahuan, bahkan pembelajaran bagi banyak orang.
Saya meyakini, setiap individu yang menyukai sebuah bidang, atau berprofesi dalam bidang tertentu, pasti mengalami banyak hal yang berkesan. Dari hal-hal yang menggembirakan sampai menyedihkan. Hal-hal yang kemudian yang menjadi guru. Modal dalam menjalani hidup selanjutnya untuk lebih mengembangkan diri.
Misalnya, seorang sales yang seiring lamanya bekerja, memiliki banyak pengalaman kala menunaikan tugasnya. Bagaimana ia memutuskan menjadi sales? Bagaimana saat ia menghadapi pelanggan? Merayu pelanggan untuk membeli produk yang ia tawarkan. Sampai akhirnya, bagaimana gembiranya saat produk yang ia jual dibeli. Atau, betapa pahitnya saat produk yang ia jual ditolak. Lebih pahit lagi bila ia sampai dicaci maki pelanggannya. Oke, yang ini lebai…he-he-he.
Semua itu pastinya menjadi pelajaran. Lewat pengalaman-pengalaman tersebut, si sales bisa menjadi lebih hebat. Bisa mempelajari psikologis pelanggan. Apa yang mereka suka, dan mana yang tidak. Otomatis, mestinya ia meningkatkan keterampilan marketingnya pula.
Demikian pula di ranah menulis, khusus bagi mereka yang suka menulis, atau juga penulis.  Bagaimana perjalanan tulisan yang pertama Anda buat? Bagaimana rasanya –pengalaman menuliskan itu? Apa yang Anda lakukan sesudahnya? Menyimpannya di HD komputer saja, atau mengirimkannya ke media massa? Atau mungkin ke lomba penulisan?
Nah, bila Anda mengirimkannya, apakah karya Anda diterima atau ditolak? Jika karya Anda diterima, bagaimana rasanya? Berapa honor yang Anda dapat? Apakah Anda cukup bangga dengan tulisan itu? Sebaliknya jika karya Anda ditolak, bagaimana rasanya? Apakah Anda sempat trauma, berhenti menulis beberapa waktu, karena karya itu ditolak. Atau Anda terus menulis?
Whew. Saya bisa mengajukan banyak pertanyaan jika itu sudah tentang tulis menulis, he-he-he.
Coba Anda bayangkan? (Selamat membayangkan, ha-ha-ha). Jika pengalaman-pengalaman itu Anda tuliskan. Ya, jika Anda memang menganggap pengalaman itu ialah guru. Bukankah ada hikmah-hikmah yang terangkai di dalamnya? Kenapa tidak menuliskannya? Membagikannya bersama orang-orang lain yang ingin belajar dari pengalaman Anda.
Dan saya, jujur, tidak terlalu terpengaruh dalam anggapan –kecemasan, bagaimana kalau pengalaman-pengalaman kita terlalu biasa. Tidak terlalu hebat untuk ditulis atau dipaparkan?
Saya yakin, setiap orang memiliki pertimbangan yang hebat dalam memilih jalur hidupnya. Apa yang ia geluti. Apa yang akhirnya membuat ia menyukai bidang itu dan mau memperjuangkannya? Bagi saya, itu sudah menjadi hal yang hebat.
Di sini saya mencobanya. Di sini saya hadir dengan tulisan-tulisan saya tentang pengalaman menulis. Dan syukurnya, beberapa teman saya menganggap, pengalaman yang saya tulis tidak terlalu buruk. Ada yang senang membacanya. Mereka yang bahkan belum menyukai menulis. Atau, menyenangi menulis, tapi selalu beralasan hingga akhirnya selalu gagal menulis. Gagal menuliskan tulisan yang utuh. Untuk mereka pula tulisan-tulisan ini saya lahirkan. Halah, So’ so’an. Hi-hi-hi.
Maaf bila apa yang saya paparkan terlalu vulgar. Saya hanya ingin menyampaikan, kalau seorang penulis wajib memotivasi dirinya sendiri. Bagaimana caranya? Cukup dengan menulis. Kita tak pernah tahu kan? Seberapa besar pengaruh hikmah-hikmah yang terangkai dalam pengalaman kita, sebelum itu dituliskan, dibaca, dan akhirnya menjadi pembelajaran bagi yang lain. Mari memangkas kecemasan menulis dengan menulis. Mari merangkai hikmah, menuliskan pengalaman.
*) Penulis adalah anggota FAM Banjarbaru, Kalimantan Selatan, nomor ID FAM 1047 U.
 
Sumber: http://famindonesia.blogspot.com/2012/09/merangkai-hikmah-menuliskan-pengalaman.html

Ulasan Puisi “Sunyimu Tawar Sepiku” Karya Lin Hana (FAM Jember)

Ulasan Puisi “Sunyimu Tawar Sepiku” Karya Lin Hana (FAM Jember)

Setidaknya dalam menulis puisi, kita harus paham bagaimana majas, rima, kata, frase atau hubungan kalimat dalam menulis. Tentu saja harus membaca, mengerti dan paham akan sebuah puisi, dari mana ia dimulai dan diakhiri. Sebuah puisi membutuhkan imajinasi dan idiom yang akan dipungut dalam realitas keseharian dan akan menimbulkan makna yang mendalam. Keseluruhannya adalah pengalaman yang mengkristal dimediasi oleh realitas.

“Sunyimu Tawar Sepiku” puisi yang dibuka dengan bait yang menerbangkan pikiran kita dalam tarian kata-kata yang sangat mengejutkan, sekaligus menerbangkan misteri penafsiran dengan simbol-simbol yang sangat menarik.
Kita simak bait berikut ini:
Dalam sepiku tawar sunyimu menyergapku
Mengajak berdansa dengan dance rindu yang memabukkan
Sakau tubuhku
Tubuhmu sempoyongan
“Sunyimu Tawar Sepiku” imajinasi dan idiom yang dibangun rindu memabukkan memiliki makna yang mendalam tentang kerinduan pada seseorang, dalam kesendirian dan telah lama tak jumpa hingga membuatnya rindu berat alias ‘galau’. Berdansa adalah menggerakkan tubuh untuk menghilangkan kepenatan atau menghibur diri dengan pasangan atau sahabatnya. Kemungkinan masih selisih paham dengan bahasa  tubuh sempoyongan. Berbagai makna, berbagai tafsiran melayang-layang dalam puisi ini.
Akhirnya dengan pertemuannya yang saling dirindukan menyatukan aroma nafas mereka:
Kakiku bergerak pelan; tanganmu bergerak lancing
Menaiki paraf-paraf urat yang mengejang
Aku terkekeh
Kau terbahak lantang
Napasku telentang
Napasmu telanjang
“Sunyimu Tawar Sepiku”, sebuah peradaban hidup di kota-kota yang ‘menggeliat’ 24 jam, pasti memberikan dampak positif dan negatif, dibangunnya hotel-hotel, tempat hiburan malam, maka wajah kota akan bergerak jadi apa saja, di punggung kota wisata akan jadi hiburan di samping juga akan menjadikan mata pencaharian bagi para pedagang.
Bahasa iklan sebagai devisa Negara maka kota-kota dibangun sebagai kota hiburan yang sejuk bagi keluarga. Dalam bait puisi “Sunyimu Tawar Sepiku” ditutup dengan kata-kata yang sangat menarik gaya bahasanya:
Di punggung kotaku
Kata-katamu berlarian
Deras seperti lebat hujan
Menurun; menjalari betisku yang jenjang
Meleburkan desah
Sepanjang senyap kamar-kamar
Ah, sudahlah sekian dulu, Tim FAM ikut larut dalam belaian “Sunyimu Tawar Sepiku” puisi yang komunikatif, inovatif, dan kreatif. Ditunggu proses berikutnya.
Salam karya, salam santun.
TIM FAM INDONESIA
www.famindonesia.blogspot.com
[BERIKUT PUISI PENULIS YANG DIPOSTING TANPA EDITING TIM FAM INDONESIA]
Sunyi Tawar Sepiku
Oleh Lin Hana
IDFAM879M Anggota FAM Jember
Dalam sepiku tawar sunyimu menyergapku
Mengajak berdansa dengan dance rindu yang memabukkan
Sakau tubuhku
Tubuhmu sempoyongan
Kakiku bergerak pelan; tanganmu bergerak lancang
Menaiki paraf-paraf urat yang mengejang
Aku terkekeh
Kau terbahak lantang
Napasku telentang
Napasmu telanjang
Di punggung kotaku
Kata-katamu berlarian
Deras seperti lebat hujan
Menurun; menjalari betisku yang jenjang
Meleburkan desah
Sepanjang senyap kamar-kamar
Pebruari 2012, Madura Annuqayah
Ket: Gambar sekadar ilustrasi diambil dari google.com

Sabtu, 22 September 2012

Bagaimana Cara Mengirim Naskah ke Penerbit FAM Publishing

Bagaimana Cara Mengirim Naskah ke Penerbit FAM Publishing

Beberapa orang bertanya, “Bagaimana cara mengirimkan naskah ke FAM Publishing? Apakah pengirim harus keren, penulis hebat atau anggota FAM saja?” Jawaban saya, “Penulis tidak harus keren, tidak harus penulis hebat, dan tidak harus anggota FAM. Yang penting, punya naskah.” Sekali lagi, punya naskah! Kenapa? Ya, apa yang mau diterbitkan kalau naskahnya tidak ada?. Yang akan dijual ke pasaran juga naskah yang telah menjadi buku. Yang akan dibaca orang, juga isi naskah tersebut. Bukan penulisnya. Keren tidak keren (seperti seleksi modeling saja, he-he-he) asal punya naskah, ayo kirim untuk diterbitkan.

FAM Publishing menerima naskah dari siapa saja. Bukan hanya untuk anggota FAM. Selain anggota FAM juga bisa menerbitkan buku di FAM Publishing. Demikian pula, tidak harus penulis hebat. FAM Publishing membuka pintu selebar-lebarnya untuk para penulis pemula agar bisa menerbitkan buku karyanya sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengirim naskah ke FAM Publishing?
1. Kirimkan naskah ke email: forumaishiterumenulis@yahoo.com atau forumaktifmenulis@yahoo.com
2. Sertakan surat pengantar di badan email. Isi surat pengantar: identitas diri dan keterangan bahwa naskah tersebut untuk diterbitkan.
3. Naskah harus disertai sinopsis (kecuali puisi). Sinopsis berada di halaman terdepan naskah.
4. Tunggu kabar baiknya, selambat-lambatnya dua hari kemudian. Apabila naskah layak terbit, maka penulis akan dihubungi oleh pihak FAM Publishing untuk melakukan langkah selanjutnya dalam proses pracetak naskah tersebut. Apabila naskah tersebut tidak layak terbit, pihak FAM Publishing juga menghubungi untuk mengadakan diskusi. Salah satunya memberi saran agar naskah tersebut diperbaiki terlebih dulu (ditunjukkan kekurangannya) untuk kemudian ditawarkan kembali.
Lalu bagaimana format penulisan sinopsis naskah yang akan dikirim ke FAM Publishing?
1. Sinopsis ditulis sekitar satu sampai dua lembar halaman.
2. Gunakan bahasa yang lugas, jelas, dan merangkum keseluruhan isi naskah.
3. Tidak perlu menyertakan pendapat, pesan dan kesan pribadi dalam sinopsis.
4. Tidak perlu membuat kalimat-kalimat menggantung. Contoh: “Apa yang kemudian dilakukan lelaki itu setelah kehilangan buah hatinya?” Kalimat seperti ini adalah untuk dicantumkan dalam back cover dengan tujuan marketing. Untuk sinopsis di back cover itu tugas redaktur.
5. Penulis menceritakan apa adanya tentang isi naskah tersebut dari awal hingga akhir. Hal ini untuk memudahkan dan mempercepat kerja tim dapur naskah.
Mengapa FAM Publishing menerapkan konsep self publishing?
Saat ini dunia digital berkembang pesat. Teknologi percetakan sekarang mengarahkan buku tidak lagi dicetak secara massal. Mesin cetak print on demand (POD) mencetak buku dengan kualitas sama baiknya dengan mesin cetak konvensional. Keunggulannya bisa mencetak dalam jumlah seminimal mungkin. Kondisi ini sangat cocok untuk para penulis pemula yang kesulitan masuk ke penerbit konvensional. Meskipun demikian tak menutup kemungkinan, ke depan FAM Publishing juga akan membuka divisi yang sama.
Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika, lebih banyak buku yang diterbitkan sendiri (self-publishing) dari pada yang diterbitkan secara konvensional. Sejumlah penulis terkenal menerbitkan bukunya sendiri, seperti J.K Rowling yang menerbitkan seri Harry Potter versi e-book dalam situs pribadinya.
FAM Publishing memfasilitasi dalam bentuk nama penerbit, ISBN, proses cetak, pemasaran, dan promosi. Peluang seperti inilah yang ditawarkan FAM Publishing, yaitu menerbitkan buku dengan konsep self publishing didukung pemasaran online.
Nah, kenapa tidak mencoba? Mana tahu naskah buku Anda mengungguli penjualan buku layaknya Harry Potter. Dan, bila itu terjadi, bersiaplah menjadi penulis sukses! Salam santun.
[ALIYA NURLELA]
 
Sumber: http://famindonesia.blogspot.com/2012/09/bagaimana-cara-mengirim-naskah-ke.html